Tuesday, 4 March 2025

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah Mengulas Kisah Nyata WNI yang Terjebak Konflik

 

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah Mengulas Kisah Nyata WNI yang Terjebak Konflik

Terorisme adalah kejahatan yang mengancam perdamaian dan keamanan nasional maupun internasional. Saya sebagai masyarakat umum jadi khawatir saat beraktifitas di luar ketika banyak kejadian teror yang di lakukan para teroris, pada beberapa kasus bom yang terjadi di Jakarta, baik di tempat umum atau pun tempat ibadah.

Saya ada sekelumit cerita saat pertama kalinya di ajak keluar negeri dari acara kantor. Saya sempat dilema, padahal hanya ke negara tetangga. Pada saat itu hanya saya saja yang berhijab, salah satu pimpinan tempat saya bekerja sempat bilang:

“Ri, kamu lepas saja jilbabnya nanti pas sudah sampai sana pakai lagi!”

“Nanti kamu saat dipersulit pemeriksaan, kamu sendirian masuk di ruang khusus.”

 

“Duh! Jadi ikut gak ya saya.” Tentu saja saya lebih mempertahankan hijab saya. Qodarullah Allah mempermudah urusan saya😊. Saat itu lagi ramai belum lama terjadi tragedi 9/11 di Amerika Serikat yang terjadi pada tanggal 11 September 2001. Tragedi ini merupakan serangkaian serangan terorisme yang dilakukan oleh kelompok militan al-Qaeda.

Segitu dasyatnya imbas terorisme sehingga menjadi momok tersendiri buat masyarakat umum. Korbannya pun kebanyakan masyarakat yang tidak tahu apa-apa, hingga menghadirkan kesalahpahaman.  

 

Peluncuran Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan Pemutaran Film Dokumenter Road to Resilience

 

Alhamdulillah pada Kamis lalu (27/2/2025) saya berkesempatan hadir di acara dari Kreasi Prasasti Perdamaian yakni Peluncuran Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan Pemutaran Film Dokumenter Road to Resilience yang diadakan di - Ruang Auditorium Lt. 2 gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia – Jakarta.

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran komunitas serta memperkuat kolaborasi pemangku kepentingan dalam kerangka 5R (Repatriasi, Rehabilitasi, Relokasi, Reintegrasi, dan Resiliensi/Ketahanan).

Turut hadir para narasumber yang berkompeten antara lain Dr. Noor Huda Ismail selaku Direktur KPP dan penulis buku "Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah, Lies Marcoes, MA. (Pakar Gender, Konsultan, dan Peneliti), Dr. Leebarty Taskarina, S.Soc., M.Krim. (Kepala Seksi Analisis, BNPT RI), Febri Ramdani, S.S. (Credible Voice di Film "Road to Resilience" dan Penulis Buku "300 Hari di Bumi Syam"), Ridho Dwi Ristiyanto (Sutradara Film "Road to Resilience") dan Komjen Pol. Eddy Hartono., S.I.K.,M.H. (Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terrorisme BNPT RI). Dipandu oleh Moderator Sarie Febriane dan juga dihibur dengan penampilan dari Gading Suryadmaja yang menyanyikan soundtrack dari film Road to Resilience dan The Thuts.

 

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah Mengulas Kisah Nyata WNI yang Terjebak Konflik
Komjen Pol. Eddy Hartono., S.I.K.,M.H. (Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terrorisme BNPT RI)

“Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah berisi narasi-narasi alternatif yang mampu mengedukasi masyarakat sehingga dapat memahami bahaya paham radikalisme” – ujar Komjen. Pol. Eddy Hartono, S.I.K., M.H., Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

 

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah ini sebagai narasi alternatif sehingga diharapkan ini menjadi sarana edukasi masyarakat baik anak di bawah umur maupun dewasa, jadi bisa memahami bahaya paham radikal terorisme. Di dalam buku juga banyak terkandung banyak pesan perdamaian yang dapat meningkatkan daya literasi  masyarakat.

Komjen Pol. Eddy Hartono juga mengatakan, karya ini menjadi bagian dari pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE). "Khususnya dalam pengembangan Komunikasi Strategis Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan (Komstra PE) yang lebih efektif dan terukur.

 

Sesi Diskusi Peluncuran Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan Pemutaran Film Dokumenter Road to Resilience

 

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah Mengulas Kisah Nyata WNI yang Terjebak Konflik
Sesi Diskusi Peluncuran Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan Pemutaran Film Dokumenter Road to Resilience

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah ini merupakan refleksi pengalaman pribadi dari sang penulis yang juga merupakan Pimpinan komunitas Ruangobrol.id yakni Dr. Noor Huda Ismail, bagaiman proses pemulangan 18 WNI dari Suriah pada tahun 2017. Dengan mengedepankan sisi kemanusian dan harapan.

Kehadiran buku dan film tersebut menjadi alat komunikasi strategis dalam pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme.

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah Mengulas Kisah Nyata WNI yang Terjebak Konflik
Dr. Noor Huda Ismail


Dr. Noor Huda Ismail juga mengatakan saat ini ratusan WNI masih bertahan di kamp-kamp pengungsian di Suriah. Mereka kemungkinan kembali ke tanah air melalui repatriasi pemerintah atau upaya mandiri. Namun kepulangan tanpa pengawasan berisiko meningkatkan ancaman keamanan di dalam negeri. Selain itu stigma yang melekat pada WNI terafiliasi konflik Suriah juga menjadi tantangan dalam proses reintegrasi sosial.

Tantangan terbesar dalam repatriasi adalah membangun pemahaman bersama antara berbagai pihak terkait, mulai dari pemerintah hingga komunitas lokal. Setiap individu yang kembali dari Suriah atau Irak memiliki latar belakang berbeda, sehingga pendekatan yang fleksibel sangat dibutuhkan.

 

Film Dokumenter Road to Resilience

Film dokumenter ini mengisahkan tentang perjalanan panjang seorang Febri, remaja Indonesia berusia 22 tahun yang terjebak dalam propaganda ISIS yang menawarkan janji-janji manis. Propaganda persuasif untuk menarik sukarelawan dari berbagai negara untuk bergabung ke zona konflik di suriah dan Irak.

Film ini dimulai dengan pengenalan masalah yang lebih luas, mengangkat isu perang saudara di Suriah dan kebangkitan ISIS yang menarik ribuan orang dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah Mengulas Kisah Nyata WNI yang Terjebak Konflik
Febri Ramdani, S.S. (Credible Voice di Film Road to Resilience)


Berawal pada tahun 2016 karena merasa hanya seorang diri di Indonesia, Febri bertekad menyusul ibunya ke Suriah dengan harapan mendapat kehidupan yang lebih baik. Namun sesampainya disana Febri justru terjebak dalam kekuasaan brutal ISIS.

Setelah berbulan-bulan berusaha mencari cara untuk melarikan diri dari wilayah kekuasaan ISIS, akhirnya pada Agustus 2017 Febri dan 16 anggota keluarganya berhasil direpatriasi pemerintah Indonesia.

Saat kembali ke Indonesia dan telah melewati proses rehabilitasi, Febri dan keluarga dihadapkan pada persoalan baru dalam proses reintegrasinya, mulai dari stigma dari masyarakat yang menganggap mereka sebagai pengkhianat, ekonomi, pencarian jati diri hingga pergolakan batin yang membuat Febri depresi.

Selama satu bulan, Febri dan keluarga menjalani berbagai pelatihan dan interogasi dari BNPT dan DENSUS 88.

Dengan tekad yang kuat, Febri dan keluarga memulai hidup baru di Depok, menata hidupnya kembali dari nol. Mulai dari membantu ibunya mencari nafkah, melanjutkan pendidikannya lagi yang sempat tertunda hingga menuliskan perjalanan hidupnya dalam sebuah buku sebagai bentuk menyalurkan pergolakan batinnya.

Hingga pada akhirnya Febri mengalami momen penuh haru dan kebahagian saat berhasil menyelesaikan pendidikannya yang sekaligus bisa memperbaiki hubungannya dengan keluarga besar terutama ayahnya yang sejak kelas 6 SD belum pernah ia temui. Kebahagian Febri menjadi lengkap saat kedua orang tuanya turut hadir saat wisuda.

Film ini menunjukkan bagaimana keputusan kecil Febri di masa lalu mampu membawa perubahan besar dalam hidupnya di kesempatan keduanya.

Film ini juga menggambarkan upaya lebih besar untuk pemulihan dan re-integrasi eks-ISIS ke dalam masyarakat.

 

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah

 

Buku ini banyak mengangkat kisah para WNI yang hijrah ke Suriah dengan berbagai latar belakang. Dengan tokoh utamanya Ramdan dan anaknya Raffa yang berusia 5 tahun.

Ramdan merupakan seorang pedagang pakaian di pasar Tanah Abang. Awal keterlibatannya terseret dalam pusaran peristiwa konflik di Suriah karena faktor kebutuhan modal usaha saat usahanya bangkrut. Maksud hati ingin minta bantuan keuangan kepada Bahri kakak sepupunya, tapi Ramdan malah kerap diajak seruan jihad dan mendapatkan pengaruh paham radikal melalui berbagai pesan dan narasi radikal.

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah Mengulas Kisah Nyata WNI yang Terjebak Konflik

   Simbolik penyerahan buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dari sang penulis Dr. Noor Huda Ismail kepada Komjen       Pol.Eddy Hartono., S.I.K.,M.H. (Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terrorisme BNPT RI)


Ada juga Wildan Fauzie Bahriza berasal dari keluarga kaya dan terdidik, seorang mahasiswa Jurusan Informatika di salah satu universitas di Malang, yang terpapar paham radikal karena kerap menyimak pengajian dari Salim Mubarok at-Tamimi alias Abu Jandal, aktivis Salafi. Argumen-argumen tentang tauhid dan jihad yang disampaikan Salim yang baru pulang dari Yaman begitu memukau Wildan.

Warga Negara Indonesia (WNI) yang terafiliasi konflik Suriah, terutama perempuan dan anak, menjadi alasan dirilisnya buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah.

Penanganan WNI terutama perempuan dan anak-anak di kamp Suriah, tidak hanya penting untuk keamanan tapi juga menjadi isu kemanusiaan yang krusial, sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila, hokum internasional dan kewajiban konstitusional Indonesia.

Pada buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah juga diungkapkan, bagaimana kondisi pada kamp yang jauh dari kata layak. Air yang suka macet sehingga menyebabkan mereka jarang mandi. Tempat penampungan yang sempit, kamar asrama yang idealnya dihuni 10 orang tapi dihuni 27 orang dari berbagai negara. Bahkan stok makanan sering habis sebelum ada pengiriman selanjutnya.

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah ini mengkaji fenomena keterlibatan WNI dalam konflik Suriah melalui pendekatan naratif dan analitis yang mendalam. Buku ini menggunakan kerangka 3N (Needs, Networks dan Narratives) dan Identity Fusion untuk memahami proses radikalisasi dan motivasi WNI bergabung dengan kelompok seperti ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) dan JI (Jamaah Islamiyah).

Pengalaman sang penulis Dr. Noor Huda Ismail, yang banyak bekerja dalam pengembangan narasi alternative terhadap berbagai narasi kelompok ektremisme kekerasan, memberikan perspektif yang sangat berharga mengenai kompleksitas masalah yang dihadapi.

Buku ini tidak hanya menawarkan narasi kemanusiaan yang mendalam, tetapi juga menyelami kompleksitas konflik dengan penuh empati, sekaligus menawarkan harapan bagi terciptanya masa depan yang lebih baik.

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah Mengulas Kisah Nyata WNI yang Terjebak Konflik
Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah 


Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah, yang dicetak setebal 424 halaman ini sangat mengedukasi buat saya. Membaca buku ini menambah wawasan saya tentang apa yang terjadi, khususnya mengenai bagaimana para WNI yang terpapar paham radikal.

Maraknya paham radikal di tengah masyarakat, perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua kalangan, mulai dari pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tentu saja lingkungan terkecil kita yaitu keluarga.

Lingkungan keluarga memegang peranan yang sangat penting untuk dapat mencegah tumbuh dan berkembangnya bibit-bibit radikalisme.

Sebagai orang tua kita harus menjadi benteng utama yang melindungi anak-anak kita dari bahaya gerakan radikalisme. Berbagai aktivitas anak harus berada dalam pengawasan, agar kita sebagai orang tua dapat memantau apabila anak mulai melakukan hal-hal yang tidak wajar.

Bonding yang kuat pada anak, jadikan anak sebagai sahabat sehingga mereka nyaman bercerita, dan kepekaan kita sebagai  orang tua terhadap aktivitas anak menjadi kunci utama.


No comments:

Post a Comment

Mohon jangan berkomentar SPAM, terimakasih.