Ilustrasi Kental Manis (dok.pixabay) |
Informasi melalui
media visual terbukti sangat efektif dan melekat pada benak masyarakat dibandingkan
melalui media tulisan. Masih banyak sebagian masyarakat yang bisa membaca tapi
tidak memahami apa yang dibacanya secara detail. Seperti halnya SKM yang sejak
dahulu banyak dikenal masyarakat sebagai Susu Kental Manis, dan iklannya yang
genjar melalui visual anak kecil yang sedang meminum segelas susu sehingga
menggambarkan kalau SKM itu adalah susu untuk anak-anak, padahal faktanya tidak
demikian.
SKM atau Kental
Manis bukan susu karena kandungan gula pada SKM sangat tinggi. Dalam sepertiga gelas
Kental Manis sudah sekitar 50 gram kandungan gulanya, dan ini sudah melebihi
batas pemakaian gula dalam sehari.
Untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang literasi gizi dan perbaikan gizi, Yayasan
Abhipraya Insan Cendekia (YAICI) Indonesia bekerjasama dengan Pimpinan Pusat Aisyiyah
Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) menggelar webinar yang mengangkat
tema “Guru PAUD Sebagai Jembatan Bagi Peningkatan Literasi Gizi Keluarga”. Yang
diadakan pada hari Senin (18/04/2022). Dengan menghadirkan para narasumber
antara lain:
- Dra. Fitniwilis M.Pd, Ketua Majelis Dikdasmen PPA
- Arif Hidayat, SE., MM Ketua Harian YAICI
- Prof. Dr. Masyitoh Chusnan M.ag., Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah
- dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K)
- Prof. DR.Ir. Netty Herawati M.Si, Ahli Gizi & Praktisi.
Arif Hidayat,
SE., MM Ketua Harian YAICI – Beban Ganda Masalah Gizi Anak Indonesia
Diangkatnya tema
tentang Guru PAUD Sebagai Jembatan Bagi Peningkatan Literasi Gizi Keluarga,
dikarenakan PAUD merupakan lembaga pendidikan yang bisa menjembatani antara
anak dan orang tua.
Keluarga
merupakan ujung tombak perbaikan gizi anak. Namun faktanya, tingkat literasi
gizi keluarga di Indonesia masih sangat rendah. Pada umumnya, orang tua
memberikan asupan makanan bagi anak berdasarkan pengalaman dan
kebiasaan-kebiasaan di masyarakat. Selain itu, iklan dan promosi produk pangan
yang menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari baik di televisi maupun melalui
sosial media turut mempengaruhi pola konsumsi anak.
Seperti halnya yang
terjadi pada SKM atau kental manis. Cara produk SKM ini beriklan dan berpromosi selama
bertahun-tahun telah mengakibatkan kesalahan persepsi masyarakat. Akibatnya,
tidak sedikit anak, balita bahkan bayi yang mengalami gangguan gizi akibat
mengkonsumsi kental manis sebagai minuman susu.
Ketua Harian
Yayasan Abhipraya Cendika Indonesia (YAICI) Arif Hidayat, mengatakan selama
empat (4) tahun YAICI telah melakukan penelitian terutama Kental Manis dan
melakukan sosialisasi ke daerah-daerah.
Menuju Indonesia
Emas dengan terciptanya Generasi emas 2045, masalah stunting masih menjadi permasalahan tersendiri di Indonesia, di Nusa Tengara Timur (NTT) kasus stunting paling tinggi di Indonesia. Selain
stunting, negara kita masih memikul beban ganda masalah gizi, dimana masih
banyak masyarakat yang mengalami kekurangan dan kelebihan gizi.
Sebagaimana
diketahui, berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021,
prevalensi stunting menunjukkan penurunan dari 27,7% di tahun 2019 menjadi
24,4%. Namun, prevalensi underweight mengalami peningkatan dari 16,3% menjadi
17%. Apabila ditinjau menurut standar WHO, hanya Provinsi Bali yang mempunyai
status gizi berkategori baik dengan prevalensi stunting di bawah 20% (10,9%)
dan wasting di bawah 5% (3%).
Mengacu pada
data di atas, maka dapat dikatakan permasalahan gizi seharusnya menjadi
prioritas. Jika kondisi ini tidak segera ditangani bersama, maka juga akan
dapat berdampak buruk bagi negara, hingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi
bagi negara sebesar 2-3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun, atau
sekitar Rp 400 triliun rupiah per tahun.
Selain itu
tantangan Indonesia Emas 2045 yaitu DBM (Double Burden of Mal Nutrition). Beban
ganda Malnutrisi adalah ko-eksistensi kekurangan dan kelebihan gizi
makronutrien dan mikronutrien. Dampak DBM akan terjadi di sepanjang kehidupan,
keterkaitan antara gizi buruk pada ibu hamil dan janin dengan meningkatnya
kerentanan terhadap kelebihan gizi dan pola makan yang terkait dengan penyakit
tidak menular di kemudian hari.
Masalah lainnya
yaitu tentang gagal tumbuh yang masih menjadi persoalan tersendiri. Dengan adanya
gagal tumbuh akan berujung pada gizi buruk, gizi kurang ataupun obesitas dan
yang terburuk adalah stunting. Kurangnya asupan asam amino yang berasal dari
hewan seperti daging, telor dan produk turunannya dan tidak termasuk SKM yang
dianggap selama ini sebagai susu.
Kenapa SKM atau
Kental Manis tidak dianggap sebagai susu?
Pemerintah melalui
BPOM telah menjelaskan hal ini terkait dengan aturan yang mengatur tentang
label SKM ini, sehingga ada dampak pada masyarakat. Dampak positifnya,
alhamdulillah masyarakat sudah banyak yang mengetahui bahwa kandungan gula yang
ada pada Kental Manis ini cukup tinggi sehingga masyarakat sudah antisipasi
tidak memberikan pada anak-anak terutama balita yang masih berusia di bawah 5
tahun.
Kenapa SKM atau
Kental Manis tidak dianjurkan sebagai minuman susu pada anak?
Ini menjadi
bagian literasi atau campaign Yaici yang telah bekerjasama dengan berbagai
pihak terutama pimpinan pusat Aisyiyah Majelis Kesehatan, yang selama ini sudah
selama empat (4) tahun bekerjasama dengan YAICI.
YAICI melakukan
campaign pencegahan konsumsi SKM atau Kental Manis karena masyarakat terutama
di daerah masih banyak yang menganggap SKM itu susu. Beda ketika kita
memberikan sirop kepada anak, dimana orang tua sudah mengetahui bahwa kalau
sirop itu adalah gula. Persepsi ini yang ingin dirubah agar orang tua atau
pengguna SKM atau Kental Manis bisa menempatkan penggunaan SKM sebagaimana
mestinya yaitu hanya sebagai toping makanan dan pelengkap minuman.
Di beberapa
negara konsumsi susu terutama di dunia sangat tinggi, Indonesia merupakan
negara dengan konsumsi susu terendah di Asia Pasifik, hanya sekitar 16,62 kg
per-kapita.
Lingkungan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu elemen yang dapat
menjembatani antara orang tua dan anak. PAUD sebagai lingkungan terdekat kedua
bagi anak selain rumah, dapat menjadi tempat yang tepat untuk menanamkan
pemahaman tentang makanan dan minuman yang bergizi kepada anak.
Dengan
memberikan pembekalan dan edukasi gizi kepada guru PAUD, diharapkan dapat
menjembatani kebutuhan orang tua akan informasi dan sekaligus menerapkan
pembiasaan konsumsi makanan dan minuman bergizi oleh anak.
Pimpinan Pusat
‘Aisyiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) saat ini membawahi
22,000 PAUD di seluruh Indonesia. Hal tersebut merupakan potensi bagi
peningkatan literasi dan perbaikin gizi masyarakat, dalam rangka memperluas
jangkauan edukasi gizi untuk masyarakat. Dengan demikian, kolaborasi edukasi
gizi ini diharapkan dapat mendorong terwujudnya generasi emas Indonesia
2045.
Setujuuu...memberikan pembekalan dan edukasi gizi kepada guru PAUD, akan menjembatani kebutuhan orang tua akan informasi dan sekaligus menerapkan pembiasaan konsumsi makanan dan minuman bergizi oleh anak.Bagus sekali ini kolaborasi YAICI dengan PP Aisyiyah.
ReplyDelete