Kanker sampai
dengan saat ini masih menjadi momok yang menakutkan. Setiap tahun jumlah
pasiennya selalu mengalami peningkatan. Terkadang kita memang sedikit abai jika
menemukan sesuatu yang tidak lazim pada kondisi tubuh kita, padahal itu bisa
jadi merupakan alarm dari tubuh kita yang menyatakan kalau kondisi kita sedang
tidak baik-baik saja.
Dalam rangka
memperingati World Cancer Day 2022, pada Minggu (2/02/2022), Inspirasien,
platform penunjang kesehatan pasien, berkolaborasi dengan Yayasan Sahabat Hati
Indonesia, Komunitas Pita Tosca Indonesia, PT Eisai Indonesia, dan Harian
Disway, mengadakan webinar 'From Heart to Heart: Dukungan untuk Pejuang Kanker
Hati dan Kanker Tiroid'.
Pada kesempatan
ini Bapak Dahlan Iskan (Founder Harian Disway & Pelaku Ganti Hati) sharing
mengenai pengalamannya saat di diagnosis menderita kanker hati. Tidak adanya
gejala bahkan tidak mengalami keluhan selama bertahun-tahun seperti demam, lemas
atau keluhan lainnya membuat bapak Dahlan jadi terkesan abai dan akhirnya
terlambat dalam mengetahui penyakit yang dialaminya.
Dahlan Iskan (Founder Harian Disway)
Bapak Dahlan
Iskan baru menyadari kalau mengalami varises kerongkongan sebagai akibat
komplikasi dari penyakit hati yang dideritanya tanpa beliau sadari setelah
mengalami demam tinggi dan muntah darah dalam volume yang cukup banyak.
Saat memeriksakan diri ke dokter Bapak Dahlan Iskan di diagnosis menderita hepatitis B kronis dengan sirosis hati, dimana ternyata sudah mulai muncul benjolan di organ hati yang kemudian diketahui merupakan sel-sel kanker. Bapak Dahlan Iskan sangat terkejut mengetahui diagnosis dokter. Saat di vonis usianya tinggal 6 bulan lagi dan tidak ada pengobatan lain, kecuali transplantasi hati. Hal itu terjadi 17 tahun yang lalu, dan sekarang usianya sudah 70 tahun.
Prof. Dr.dr. Rino Alvani Gani (Founder Yayasan Sahabat Hati Indonesia) |
Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp.PD-KGEH, FINASIM (Founder Yayasan Sahabat Hati Indonesia) menyatakan, penyakit hati di Indonesia termasuk permasalahan masyarakat yang besar. Beberapa penyakit hati termasuk dalam penyakit katastropik pada BPJS sehingga memerlukan pembiayaan kesehatan yang besar.
Sementara itu
kesadaran masyarakat tentang penyakit hati masih rendah sehingga pasien dengan
penyakit hati yang datang berobat di pusat kesehatan sudah dalam keadaan stadium
lanjut. Saat ini masih sangat sedikit organisasi kemasyarakatan yang berorientasi
pada penyakit hati di masyarakat. Sehingga dirasakan perlu untuk mendirikan
sebuah lembaga masyarakat (NGO) yang akan bekerja berorientasi pada penyakit
hati di masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam visi-misi Yayasan Sahabat Hati
Indonesia yang berperan aktif dalam pendampingan pejuang kanker hati.
Prof Rino berupaya
mengedukasi bahwa pada kenyataannya 80 persen lebih kasus hepatitis tidak
bergejala seperti yang dialami bapak Dahlan Iskan, sehingga seringkali pasien
datang dalam kondisi yang sudah terlambat. Sebaiknya, individu yang merasa
pernah terinfeksi oleh virus hepatitis B dan C tentu harus secara berkala,
biasanya 6 bulan atau 1 tahun sekali melakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan awal
pun cukup mudah, yakni dengan tes SGOT dan SGPT (indikator sensitif dari
kerusakan hati). "Walaupun banyak orang yang merasa bahwa kondisinya sehat,
belum tentu sebetulnya kondisi hatinya baik-baik saja. Ada baiknya memeriksakan
kesehatan hati secara berkala, ujar Prof Rino yang juga menjadi salah satu
penasihat dalam Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia.
Menurut data
Globocan pada tahun 2020, penderita kanker hati di Indonesia pada tahun 2020
mencapai 21.392 kasus dengan kematian sebanyak 20.920 kasus. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) juga menyebutkan jika kanker hati
termasuk penyebab kematian tertinggi bagi penduduk Indonesia. Hal ini terjadi
karena seringkali pasien sudah datang saat sudah stadium lanjut atau saat
kondisi sudah berat. Padahal kemungkinan kanker hati untuk sembuh bisa lebih
besar jika dapat terdeteksi dan ditangani lebih awal.
Thalita Latief
(Artist & Influencer, Pejuang Kanker Tiroid) juga sharing mengenai
pengalamannya ketika mengalami kanker tiroid. Talitha juga mengalami hal yang
sama dengan bapak Dahlan Iskan yaitu tidak merasakan sakit atau gejala apa pun.
Tapi Talitha pernah merasakan keanehan pada area leher sebelah kanannya tapi
karena tidak mengalami keluhan jadi berlalu begitu saja. Sampai akhirnya telat
mengetahui kalau gejala yang di alami adalah gejala kanker tiroid.
Thalita mulai
merasakan ada benjolan di lehernya di awal tahun 2019, sampai setahun berlalu
Thalita tidak melakukan tindakan apapun karena merasa tidak ada masalah. Tapi ketika
setahun berlalu dan benjolan tidak hilang, lalu Thalita melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis
penyakit dalam. Dokter memintanya melanjutkan pemeriksaan ke bagian radiologi.
Setelah hasil keluar, lalu dirujuk lagi ke bagian onkologi. Hasilnya ditemukan
sel kanker di kelenjar tiroid, dan sel kanker itu sudah tumbuh 1,2 centimeter.
Menurut dokter Alvita Dewi Siswoyo, Sp.KN(K), M.Kes., FANMB, deteksi
kanker tiroid sebenarnya tidak terlalu sulit dibandingkan dengan deteksi kanker
hati. Pada kesempatan webinar ini dokter
Alvita Dewi Siswoyo meminta peserta webinar mengecek bagian lehernya.
“Kalau ada benjolan, segera periksa ke dokter untuk deteksi dini,” ujar alumnus
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran itu.
Jumlah kasus
pada kanker tiroid terjadi 13.114 kasus, dengan kasus kematian yang lebih
rendah yaitu 2.224 kasus. Dokter Alvita Dewi Siswoyo menyatakan, bahwa kanker
tiroid perlu perhatian penuh dan kolaborasi positif dari banyak stakeholder
terkait yaitu pasien, caregiver, tenaga profesional medis, komunitas pasien,
dan lembaga, agar penderita gangguan tiroid, atau disebut pejuang tiroid dapat
melakukan langkah-langkah preventif maupun pengobatan yang sesuai dengan
gangguan yang dideritanya. Melalui deteksi dini #PeriksaLeherAnda, dr. Alvita
berharap angka kejadian kanker tiroid dengan kategori risiko tinggi dapat
dicegah.
Pita Tosca
Indonesia (Komunitas Pejuang Tiroid Indonesia) sebagai komunitas pasien yang
telah berdiri sejak 26 Oktober 2014, selalu berusaha berperan aktif untuk
memberikan informasi-informasi seputar pemahaman gangguan tiroid, khususnya
kanker tiroid. Pita Tosca Indonesia sangat mengedepankan program deteksi dini
#PeriksaLeherAnda agar semakin banyak skrining gangguan tiroid yang dilakukan
sebagai upaya pencegahan kanker tiroid dengan kategori risiko tinggi. Hal ini
diungkapkan oleh Ketua dan Founder dari Komunitas Pita Tosca Indonesia,
Astriani Dwi Aryaningtyas, S.Psi., M.A. dan juga dewan penasihat dr. Siti
Sundari Manoppo, perlu sekali adanya kolaborasi antar Lembaga terkait untuk
mewujudkan kondisi para pejuang kanker ini agar tetap #TenangJadiPasien dan
mendapatkan pendampingan yang baik.
Semoga dari
sharing Bapak Dahlan Iskan dan Thalita Latief kita bisa mengambil hikmahnya. Dan
kita jangan abai ketika mengetahui ada tanda alarm pada tubuh kita untuk segera
cek ke dokter, walaupun tidak mengalami keluhan apapun.
Mencegah lebih
baik bukan daripada mengobati. Dengan deteksi awal insya Allah gejala penyakit
yang kita alami bisa lebih mudah pengobatannya.
No comments:
Post a Comment
Mohon jangan berkomentar SPAM, terimakasih.