Dunia anak
adalah dunia yang menyenangkan. Dunia yang penuh keceriaan, tidak hanya bagi
anak-anak bahkan untuk kita orang dewasa yang ikut berkecimpung di dalamnya. Masa
kanak-kanak adalah masa yang tidak bisa diulang kembali. Kita harus mengisinya
dengan cerita yang indah sehingga bisa berkesan hingga mereka dewasa kelak.
Anak adalah
peniru ulung orang-orang di sekitarnya. Cara mengedukasi anak dengan mudah dan
dapat dimengerti lebih cepat bisa melalui dongeng. Dongeng memiliki kekuatan
besar untuk mengajarkan banyak hal kepada anak, baik tentang nutrisi, pola
hidup sehat dan perkembangan kemampuan kognitif anak, untuk mendukung tumbuh
kembang dan masa depan yang optimal.
Saya senang
sekali bisa turut hadir di kegiatan Kopdar yang diadakan Yayasan Abhipraya
Insan Cendekia (YAICI) Indonesia bekerjasama dengan Kampung Dongeng Indonesia
(KADO) dengan tema “Kami Sadar Gizi, Siap Bersaing di Era Globalisasi.” Dengan
menghadirkan para narasumber antara lain
Arif Hidayat (Ketua Umum Yaici), Maman Suherman (Pegiat literasi),dr.
Meita Rakhmawati (Dokter) dan Ka Awam Prakoso (Kampung Dongeng Indonesia)
Pentingnya Edukasi Literasi Gizi Pada
Masyarakat
Masih rendahnya
literasi gizi di tengah masyarakat membuat masih banyak anak indonesia yang mengalami
gizi buruk, hal ini menjadi salah satu permasalahan yang membutuhkan perhatian
serius. Menurut data Kemenkes RI 2019, setidaknya 27.67 % dari seluruh balita
di Indonesia masih berstatus kekurangan gizi. Bahkan, berdasarkan laporan gizi
global, Indonesia salah satu dari 17 negara yang memiliki 3 permasalahan gizi
sekaligus yaitu stunting, wasting, dan juga obesitas.
Ditengah masyarakat
sekitar, terkadang saya masih suka melihat seorang ibu membiarkan anaknya yang
masih balita mengkonsumsi mie instan, atau diberikan makan dengan bakso
abang-abang yang banyak menggunakan penyedap. Dengan dalih lebih praktis karena
sang ibu gak perlu masak yang ribet, atau dengan alasan yang penting anaknya
mau makan. Tanpa memikirkan resiko ke depannya karena kandungan makanan yang
tinggi GGL (gula garam lemak).
Batas konsumsi GGL (Garam Gula Lemak) yang masih aman dalam per-hari yaitu:
- Gula sekitar 4 sdm = 54 gram
- Garam sekitar 1 sdt = 2000 miligram natrium
- Lemak atau minyak sekitar 5 sdm = 72 gram.
dr. Meita
Rakhmawati mengatakan, pentingnya mengedukasi remaja putri sejak dini sebagai
bakal calon ibu nantinya, agar lebih sadar gizi sehingga nantinya terlahir generasi
yang lebih sehat. Penting juga memberikan pengetahuan tentang 1000 HPK sejak
awal kehamilan hingga masa golden age. Dengan pemahaman gizi yang baik sehingga
bisa menghindarkan generasi mendatang terhindar dari stunting.
Pentingnya Edukasi Tentang SKM
Masih banyaknya
masyarakat kita yang masih salah kaprah dengan manfaat SKM (Susu Kental Manis),
masih banyak yang menganggap kalau SKM itu susu. Padahal kenyataannya SKM atau
yang kini di kenal sebagai Kental Manis itu bukan susu karena tinggi kandungan
gulanya yang mencapai hingga 50%, bila dikonsumsi secara berlebihan pada
anak bisa menimbulkan banyak masalah seperti gigi anak gampang rusak (reges), dan nantinya bisa juga menimbulkan juga berbagai penyakit seperti diabetes, jantung, hipertensi hingga
obesitas. Sehingga Kental Manis lebih cocok dijadikan sebagai topping pada
makanan atau minuman saja.
Kental Manis itu dibuat dari sedikit campuran susu dan kandungan gula tinggi. Moms bisa loh mengetesnya dengan cara direbus, nanti hasilnya akan menjadi karamel seperti gula. Jadi Kental Manis itu bukan susu pertumbuhan ya moms.
Kang Maman Suherman selaku Pegiat literasi mengatakan, kebiasaan menggunakan Kental Manis sebagai susu karena dipicu juga sama kebiasaan masyarakat kita yang suka malas membaca, sehingga informasi kandungan nilai gizi pada setiap produk terabaikan.
Ini
juga kadang masih jadi kebiasaan saya, dikarenakan terkadang ya tulisan
mengenai info kandungan nilai gizi suatu produk tulisannya terlalu kecil buat saya, terkadang saya suka sedikit abai untuk membaca
informasinya (jangan di tiru) 🙏😀
Kolaborasi YAICI dan Kampung Dongeng
Arif Hidayat
selaku Ketua Umum Yaici mengatakan, kabar adanya anak di Sulawesi meninggal
karena kelebihan konsumsi Kental Manis menjadi dasar pemicu YAICI (Yayasan
Abipraya Insan Cendekia Indonesia) berkeinginan untuk mengedukasi masyarakat
tentang Kental Manis yang bukan susu.
Dengan menggandeng
kader para ibu dan juga para millenial sebagai generasi muda yang nantinya
cikal bakal sebagai orang tua, diharapkan pesan tentang Kental Manis ini bisa
tersampaikan ke masyarakat luas.
Kolaborasi YAICI
dan Kampung Dongeng dalam menyampaikan informasi melalui dongeng tentang pentingnya
pengetahuan gizi seimbang untuk generasi mendatang, semoga membawa dampak yang
lebih baik dan menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat Kental Manis dan
manfaat gizi lainnya.
No comments:
Post a Comment
Mohon jangan berkomentar SPAM, terimakasih.