Kemajuan teknologi semakin memudahkan para penggunanya. Kini ketika bepergian atau pun ketika ingin berbelanja mulai dari keperluan makan, transaksi pembelian barang hingga hiburan kita semakin dimanjakan dengan berbagai fasilitas flatform digital, dengan berbagai tawaran promo serta diskon menarik.
Dompet berisi uang cash bukan lagi hal wajib yang harus kita bawa, cukup dengan smartphone dalam genggaman tangan kita sudah aman bisa bertransaksi dimana pun berada. Mulai dari transportasi online seperti Gojek atau Grab yang bisa digunakan dengan transaksi Gopay atau OVO yang bisa juga digunakan untuk bertransaksi order makanan maupun transaksi lainnya seperti membeli pulsa atau pun tiket bioskop.
Alhamdulillah saya semakin tercerahkan mengenai ekonomi digital ketika dapat menghadiri diskusi menarik tentang Digital Transformation For Indonesian Economy dengan tema Finding The New Business Models, diselenggarakan oleh Tempo Media Grup yang bekerjasama dengan Bank Indonesia, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Telekomunikasi Indonesia, Bank Mandiri, Bank BRI, OVO dan Kosmetik Sariayu. Acara berlokasi di Hotel Kempinski - Jakarta Pusat.
Acara diawali kata sambutan oleh Toriq Hadad selaku Direktur Utama Tempo Media Group. Saat ini ada dua kosakata yang paling banyak dipakai di Indonesia yaitu mengenai corona dan digital. Bila corona menimbulkan kecemasan yang semoga hanya kecemasan jangka pendek, dan digital semoga menjadi kecemasan jangka panjang. Perkembangan ekonomi digital turut mengubah Tempo media group untuk mengubah haluan bisnisnya dimana awalnya bergelut di bisnis konvensional dimana media cetak menerbitkan koran harus sudah ada sekitar jam 4 pagi kini mengubah perilaku bisnis ke digital dimana harus selalu ready menyajikan berita terupdate untuk pembacanya.
Presiden Jokowi sering bicara mengenai ekonomi digital, bahkan tentang rencana pemindahan ibukota baru sudah direncanakan bila nantinya ibukota baru harus ramah digital semacam smart city, butuh pemahaman baru dan tentu saja akan lahir juga profesi-profesi baru nantinya sehingga bisa menghadirkan lapangan pekerjaan baru.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Perry Warjiyo selaku Gubernur Indonesia. Bank Indonesia menerapkan Bank Sentral 4.0 dan merilis report Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 (BSPI 2025). Sebagai salah satu strategi dan dukungan penuh terhadap upaya membangun ekosistem yang sehat, antara lain:
- Mendukung integrasi ekonomi keuangan digital nasional sehingga menjamin fungsi bank sentral dalam proses peredaran uang, kebijakan moneter, dan stabilitas sistem keuangan, serta mendukung inklusi keuangan.
- Mendukung digitalisasi perbankan sebagai lembaga utama dalam ekonomi keuangan digital melalui open banking maupun pemanfaatan teknologi digital dan data dalam bisnis keuangan.
- Menjamin interlink antara fintek dengan perbankan untuk menghindari risiko shadow banking melalui pengaturan teknologi digital seperti application programming interface, kerjasama bisnis, maupun kepemilikan perusahaan
- Menjamin keseimbangan antara inovasi dengan consumers protection, integritas dan stabilitas serta persaingan usaha yang sehat.
- Menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi keuangan digital antar negara melalui kewajiban pemrosesan semua transaksi domestik di dalam negeri dan kerjasama penyelenggara asing dengan domestik, dengan memperhatikan prinsip resiprokalitas.
Perry Warjiyo mengatakan keuangan digital merupakan masa depan ekonomi Indonesia, peluang bisnis, hingga penyediaan lapangan pekerjaan. Salah satu peluang untuk digitalisasi keuangan yaitu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
UMKM merupakan pasar yang sangat besar dan seluruh dunia mengincar ini. Mulai dari sektor pertanian, perikanan, perdagangan, hingga pariwisata. Tidak hanya dikembangkan di sektor keuangan saja,” ujar Perry Warjiyo.
Untuk mendorong digitalisasi keuangan UMKM, Bank Indonesia akan menyasar ritel, hingga ke pelosok. Nantinya pelaku UMKM akan diberikan layanan dari teknologi finansial (tekfin) dan digital banking. Sebagai langkah awal, Bank Indonesia akan terus mensosialisasikan QRIS atau Quick Response Indonesia Standard. Nantinya ada 3 juta merchant yang berhasil terintegrasi dengan QRIS, mulai dari perbankan hingga tekfin.
55% populasi kita adalah milenial dan ini akan semakin besar, bahkan 60% pegawai Bank Indonesia adalah milenial, sehingga sangat melek teknologi. Milenial tidak hanya sebagai pasar kita tapi juga bisa menjadi target konsumen. Milenial biasanya mempunyai komunitas sehingga bisa membangun usaha mereka sendiri sesuai targetnya. Milenial itu sangat kreatif, imaginatife dan responnya sangat cepat.
Filianingsih selaku Asisten Gubernur dan Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia menyatakan, Indonesia sangat adaptif terhadap inovasi digital. Secara demografi, struktur penduduk usia produktif itu sekitar 173 juta. Indonesia juga jadi pengguna internet terbesar nomor empat dengan porsi 63 persen merupakan digital native. Tetapi disisi lain banked people masih rendah.
Peluncuran Platform ORBITIN Indonesia
PT. Info Media Digital (IMD), sebagai anak usaha Tempo bekerjasama dengan Jimmy Muhamad Rifai Gani selaku CEO ORBITIN Indonesia meluncurkan platform ORBITIN untuk memperluas cakupan bisnis digital ke pengembangan usaha kecil dengan membangun perusahaan rintisan (star up) ORBITIN. Jumlah UMKM di Indonesia ada puluhan juta, mulai dari mikro, kecil dan menengah yang membutuhkan berbagai penyelesaian dari berbagai permasalahannya.
Platform ORBITIN ini dibuat khusus untuk mempromosikan dan mengembangkan usaha-usaha kecil atau UMKM di Indonesia, untuk mempertemukan para pelaku usaha dengan para vendor. Semua punya hak dan kesempatan untuk maju.
Acara sesi diskusi selanjutnya dihadiri oleh Firlianingsih Hendarta (Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia), Karaniya Dharmasaputra (Presiden Direktur OVO), Indra Utoyo (Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi Bank BRI), Alex Rusli (CEO DigiAsia), Mardani Maming (Ketua Umum HIPMI), Yansen Kamto (Founding Partner Kinesys). Diskusi dipandu oleh moderator Tomi Aryanto (Direktur Info Media Digital TEMPO.CO).
Karaniya Dharmasaputra selaku Chief Executif Officer (CEO) OVO akan mendukung digitalisasi keuangan hingga UMKM, termasuk pembahasan skema bersama agar tidak saling memberatkan dalam hal biaya yang harus dikeluarkan PJSP. Perlu ada dukungan pemerintah untuk menciptakan ekosistem yang ramah, baik untuk pertumbuhan ekosistem dalam negeri maupun untuk investasi.
Untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif, pemerintah juga perlu membenahi regulasi yang ramah terhadap teknologi atau pun ekonomi digital. Perlu ada penyesuaian supaya sepadan dengan tuntutan industri teknologi, misalnya saja regulasi soal cloud.
Mardani H Maming selaku Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mengatakan membangun kerja sama dengan pelaku ekonomi digital, misalnya perdagangan elektronik (e-commerce).
Jika para pelaku usaha tidak bisa mengikuti perkembangan zaman, maka tidak akan bisa berkembang. Bahkan bisa tergusur dengan pebisnis yang menemukan inovasi-inovasi terbaru, ujar Mardani H Maming.
Pada akhirnya kita kmn2 gak perlu bawa cash lagi yah. Udah gak khawatir dicopet tapi khawatir akunnya dijebol orang.
ReplyDeleteTapi pastinya sekuriti thd akun2 kita akan semakin ditingkatkan oleh penyedia jasanya