Ternyata belum semua
masyarakat kita mau memberikan anaknya imunisasi, bukan karena ketidak mampuan
orang tuanya secara finansial tapi ada juga berdasarkan berbagai faktor, entah
karena terbawa issue hoax atau kepahaman tertentu.
Pernah suatu hari saya
bertanya pada seorang ibu yang tidak mau memberikan imunisasi pada anaknya.
Saya: “Mba, anaknya sudah
di imunisasi?”
Alifah: “Engga ah, Insya
Allah sehat”
Saya: Loh! Kenapa?
Dengan berbagai dalih
entah dengan pemahaman dari mana si Ibu Alifah ini meyakini kalau anaknya akan
sehat-sehat saja, dengan pemberian nutrisi makanan yang baik jadi tidak perlu
imunisasi.
Kalau saya lihat dari
latar belakang pendidikan ibunya yang merupakan wanita karier tentu seharusnya paham
tentang manfaat imunisasi untuk anaknya. Tapi entahlah, semoga suatu hari nanti
ibu Alifah bisa berubah pikiran untuk segera memberikan imunisasi lengkap
kepada anaknya.
Ternyata masih ada
sekitar 19 juta anak di dunia yang tidak divaksinasi atau vaksinasinya tidak
lengkap, sehingga berisiko untuk menderita penyakit yang berpotensi mematikan.
Menurut data WHO (World Health Organization, saat ini imunisasi diperkirakan bisa mencegah 2 hingga 3 juta kematian disetiap tahunnya, dan juga tambahan 1,5 juta nyawa yang diselamatkan apabila cakupan imunisasi global bertambah.
Menurut data WHO (World Health Organization, saat ini imunisasi diperkirakan bisa mencegah 2 hingga 3 juta kematian disetiap tahunnya, dan juga tambahan 1,5 juta nyawa yang diselamatkan apabila cakupan imunisasi global bertambah.
Memang sepenting apa sih
imunisasi itu?
Tentu saja sangat penting
untuk menyelamatkan anak kita dari bahaya penyakit menular yang bisa
mengakibatkan seseorang mengalami kecacatan dan kematian. Imunisasi wajib
diberikan tidak hanya pada bayi atau balita tapi bisa juga hingga usia remaja.
Imunisasi diberikan untuk
mencegah penyakit, kecacatan dan kematian dari penyakit menular yang dapat
dicegah oleh imunisasi (PD31) termasuk difteri, hepatitis B, campak, rubela,
gondongan, pertusis, pneumonia, polio, diare rotavirus, tetanus dan kanker serviks.
Semua negara pada tanggal
24 - 30 April memperingati imunisasi sedunia, contoh beberapa negara yang telah
melakukan imunisasi pada masyarakatnya misalnya di Malaysia imunisasi dilakukan
hingga usia 16 tahun, Inggris hingga usia 11 tahun, India hingga usia 18 tahun.
Cina hingga usia remaja, Amerika hingga usia 18 tahun, Saudi Arabia hingga usia remaja, dan
beberapa negara lainnya. Di semua negara melakukan imunisasi secara rutin
karena penting dan bermanfaat.
Di tiap negara ada lembaga yang mengawasi.
Menurut Prof. Dr. dr.
Soedjatmiko, melindungi anak-anak kita tidak hanya sejak dalam kandungan tetapi
juga sejak anak itu dilahirkan dengan memberikan gizi yang baik dan cukup
karena tanpa nutrisi yang lengkap tentu pertahanan daya tubuhnya kurang baik,
selain itu lingkungannya juga harus bersih. Tetapi yang paling efisien dan efektif
adalah dengan memberikan imunisasi yang lengkap. Sejak penyuntikan pertama
selama 2 minggu sudah terjadi kekebalan.
Dalam rangka menyambut
Pekan Imunisasi Dunia (PID) yang bertema “Imunisasi Lengkap, Indonesia Sehat” IDAI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan PT Nestle Indonesia mengadakan konferensi
pers yang dihadiri oleh para narasumber antara lain:
Prof. Dr. dr.
Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Sekretaris Satgas Imunisasi – Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia
dr. Yoga Devaera, SpA(K),
UKK Nutrisi dan Penyakit- Metabolik – Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia
Dr. dr. Ray Basrowi, MKK,
Head of Medical & Nutrition Service Department, Nestlé Indonesia.
Sebagai orang tua tentunya kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak, nah salah satunya
dengan memberikan imunisasi lengkap pada anak.
Kalau masih ada orang tua yang ragu untuk memberikan imunisasi pada anaknya, mungkin saja orang tuanya tidak mengetahui tentang bahaya penyakit. Dan bisa jadi sebagian dari mereka terpengaruh oleh berita hoax yang anti imunisasi dari negara lain yang belum tentu relevan pada negara kita.
Kalau masih ada orang tua yang ragu untuk memberikan imunisasi pada anaknya, mungkin saja orang tuanya tidak mengetahui tentang bahaya penyakit. Dan bisa jadi sebagian dari mereka terpengaruh oleh berita hoax yang anti imunisasi dari negara lain yang belum tentu relevan pada negara kita.
Kebanyakan berita hoax
tentang imunisasi yang mengatakan kalau imunisasi bisa menyebabkan autis,
lumpuh atau menyebabkan kematian adalah berita lama itu yang sudah kadaluarsa.
Penyebar hoax biasanya merupakan pendapat perorangan baik di dalam atau luar negeri yang menginginkan anak-anak Indonesia sakit, cacat dan meninggal. Tetapi alhamdulillah ternyata masyarakat Indonesia banyak yang cerdas sehingga mereka tetap memberikan imunisasi pada anaknya.
Penyebar hoax biasanya merupakan pendapat perorangan baik di dalam atau luar negeri yang menginginkan anak-anak Indonesia sakit, cacat dan meninggal. Tetapi alhamdulillah ternyata masyarakat Indonesia banyak yang cerdas sehingga mereka tetap memberikan imunisasi pada anaknya.
Dampak yang terjadi bila banyak
bayi dan balita tidak diimunisasi akan mudah terjadi wabah, sakit berat,
kematian atau cacat. contoh penyakit berbahaya seperti wabah polio yang terjadi
pada tahun 2005-2006 yang menyebabkan sekitar 351 balita lumpuh seumur hidup,
terjadi di daerah Sukabumi yang menjalar hingga ke Banten, Lampung, Jawa Timur,
Jawa Tengah dan Sumatera Utara.
Wabah campak dan rubela
juga terjadi di Indonesia sejak tahun 2014 – 2018. Bahkan wabah difteri sekitar
26% yang terkena adalah remaja di usia 10 – 18 tahun.
Jadi imunisasi tidak
hanya untuk anak bayi dan balita saja tapi hingga remaja, bahkan perempuan
dengan usia subur juga perlu mendapatkan imunisasi. Misalnya vaksin HPV, yang
harus diberikan sejak usia remaja hingga dewasa.
Reaksi dari Imunisasi?
Bila terjadi demam, kemerahan,
bengkak dan nyeri setelah imunisasi tidak perlu takut karena itu merupakan
reaksi normal yang wajar dan tidak berbahaya dan akan hilang dalam beberapa
hari. Demam setelah imunisasi tidak berhubungan dengan kualitas vaksin atau
kualitas perlindungannya.
Tips ketika mengalami hal
tersebut yaitu :
- Segera berikan obat penurun panas tiap 4 jam sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter, perawat atau bidan.
- Pakai baju yang tipis
- Sering minum
Bila panas tinggi boleh
dikompres dengan air hangat, dan bila panas lebih dari 2 hari segera bawa anak
kembali ke tempat imunisasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Bayi yang sedang batuk
dan pilek ringan, mencret sedikit, tanpa demam dan tidak rewel boleh
diimunisasi. Dan bayi balita yang ceria walau sedang batuk pilek ringan tanpa
demam (misalnya karena iritasi atau alergi), atau diare ringan diperbolehkan
diimunisasi.
Aman dan efektif.
Aman dan efektif.
Jika imunisasi berlebih,
berbahaya?
Jika kita lupa dan
ternyata imunisasinya berlebih tidak berbahaya, tetapi bila imunisasinya belum
lengkap segera dilengkapi karena jika imunisasi terlewat atau tertunda berarti
belum punya kekebalan spesifik dan kemungkinan akan mudah terserang penyakit.
Jika imunisasi bayi dan
balita sudah lengkap, lanjutkan dengan imunisasi usia sekolah dan remaja.
Karena imunisasi pada saat bayi dan balita kekebalannya akan menurun perlahan, sehingga pada usia sekolah dan remaja sangat rendah maka akan berisiko mudah tertular penyakit.
Karena imunisasi pada saat bayi dan balita kekebalannya akan menurun perlahan, sehingga pada usia sekolah dan remaja sangat rendah maka akan berisiko mudah tertular penyakit.
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi untuk Mendukung Tumbuh
Kembang Anak
Kematian balita dibawah 5
tahun terjadi akibat penyakit radang paru-paru dan diare. 45% kematiannya disebabkan gizi yang kurang
baik.
Anak yang tanpa masalah gizi sesuai usianya angka kematiannya sangat berbeda. Menurunkan angka kematian dengan pemberian imunisasi dan gizi yang cukup.
Anak yang tanpa masalah gizi sesuai usianya angka kematiannya sangat berbeda. Menurunkan angka kematian dengan pemberian imunisasi dan gizi yang cukup.
Menurut dr. Yoga Devaera,
SpA(K), pemberian ASI eksklusif sangat penting untuk bayi di usia 0 – 6 bulan
sebagai sumber nutrisi terbaik, dilanjutkan dengan pemberian MPASI (makanan
pendamping ASI). MPASI mulai bisa
diberikan sejak bayi berusia 6 bulan hingga 2 tahun, atau minimal 1 tahun.
Kebutuhan nutrisi bayi ada
2 yaitu nutrisi makronutrien (zat
gizi makro) yaitu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah banyak dan
penghasil energi, yang biasanya terdapat ada karbohidrat, protein dan lemak.
Ada juga nutrisi mikronutrien (zat gizi mikro) yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah
sedikit yang mempunyai peran yang sangat penting. Misalnya untuk pembentukan
hormon, membantu aktivitas enzim, mengatur fungsi sistem imun tubuh. Vitamin (baik
yang larut air maupun larut lemak) dan mineral.
Keterampilan makan
(oromotor skills) perlu dikembangkan melalui stimulasi tekstur makanan dan bayi
secara psikologis mulai memperlihatkan minat terhadap makanan lain selain susu.
Setelah usia 6 bulan sebaiknya
bayi mendapatkan makanan pendamping ASI bukan susu formula. MPASI terdiri dari
makan besar yaitu pagi, siang dan selingan. Buah masuk dalam golongan selingan.
Makan besarnya harus mengandung Karbohidrat, lemak dan protein.
MPASI memenuhi kebutuhan
energi, protein dan mikronutrien yang tidak tercukupi dari ASI. Asupan nutrisi
yang lengkap dan seimbang akan mendukung tumbuh kembang optimal dan daya tahan
tubuh terhadap penyakit infeksi. Salah satu masalah zat gizi yang dialami bayi
adalah defisiensi besi. Zat besi mempunyai peranan penting dalam perkembangan
otak dan sistem imunitas.
Kebutuhan zat besi bayi sangat
tinggi. Asi kandungan zat besi rendah hanya memenuhi 0.3 mg dari 11 mg
kebutuhan harian zat besi bayi berusia 6 – 12 bulan. Kadar zat besi ada 2
golongan yaitu dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebutuhan zat besi bayi berusia
6 – 12 bulan setara dengan kandungan zat besi dalam 385 gram daging sapi atau
85 gram hati ayam.
Tekstur, frekuensi dan
jumlah pemberian MPASI dinaikkan secara bertahap. Saat anak belajar makan awali
dengan pemberian makanan yang lumat, saring tapi jangan terlalu encer harus cukup
padat. 90% yang harus diberikan pada MPASI yaitu zat besi.
Apa yang tidak dapat diberikan dari ASI harus didapatkan dari makanan.
Apa yang tidak dapat diberikan dari ASI harus didapatkan dari makanan.
Anjuran pemerintah makanan
rumahan merupakan sumber makanan terbaik. Dengan MPASI rumahan kita bisa
mengatur komposisinya, yang penting sumber protein hewani harus diberikan sejak
usia 6 bulan.
Beda dengan MPASI Fortifikasi yang sudah diatur komposisi gizinya. Sejak usia 6 bulan semua jenis protein sudah boleh diberikan pada si kecil, misalnya daging atau telur.
Beda dengan MPASI Fortifikasi yang sudah diatur komposisi gizinya. Sejak usia 6 bulan semua jenis protein sudah boleh diberikan pada si kecil, misalnya daging atau telur.
Tidak perlu menunda jenis makanan tertentu kecuali terbukti alergi.
MPASI rumahan komposisi,
rasa dan tekstur bisa lebih bervariasi.
Berikan sumber protein hewani setiap kali si kecil makan, dalam jumlah yang cukup.
Tambahkan juga minyak untuk meningkatkan densitas kalori, tentunya dengan ukuran dan komposisi yang sesuai dengan usia si kecil.
Berikan sumber protein hewani setiap kali si kecil makan, dalam jumlah yang cukup.
Tambahkan juga minyak untuk meningkatkan densitas kalori, tentunya dengan ukuran dan komposisi yang sesuai dengan usia si kecil.
Ketika bayi berusia 8 bulan
tekstur MPASI harus sudah agak kasar agar anak tidak malas mengunyah.
Pengenalan jenis makanan membutuhkan waktu setidaknya 10 – 15 kali mencoba, jika ternyata si kecil menolak jangan memaksa anak makan.
Perhatikan tanda lapar dan kenyang pada si kecil. Kebersihan dalam mengolah dan menyiapkan MPASI sangat penting.
Pengenalan jenis makanan membutuhkan waktu setidaknya 10 – 15 kali mencoba, jika ternyata si kecil menolak jangan memaksa anak makan.
Perhatikan tanda lapar dan kenyang pada si kecil. Kebersihan dalam mengolah dan menyiapkan MPASI sangat penting.
Menurut Dr. dr. Ray
Basrowi, MKK, Nestle mendukung program Indonesia membangun generasi yang lebih
sehat. Bentuk komitmen Nestle dengan memberikan nutrisi seimbang melalui MPASI
Fortifikasi.
MPASI Fortifikasi sudah
dilengkapi dengan zat gizi tertentu untuk tumbuh kembang si kecil, dapat membantu
kebutuhan nutrisi si kecil.
MPASI Fortifikasi memiliki komposisi yang diatur CODEX termasuk kandungan nutrisi dan zat tambahan lainnya.
MPASI Fortifikasi memiliki komposisi yang diatur CODEX termasuk kandungan nutrisi dan zat tambahan lainnya.
Teksur MPASI Fortifikasi sudah
mengikuti perkembangan si kecil dan sudah sesuai standar BPOM dan sesuai
rekomendasi dari IDAI.
Diolah dengan teknologi pangan yang baik dan sudah memenuhi standar yang dibutuhkan oleh si kecil.
Diolah dengan teknologi pangan yang baik dan sudah memenuhi standar yang dibutuhkan oleh si kecil.
Probiotik adalah bakteri
baik yag jika dikonsumsi dalam jumlah cukup akan memberikan manfaat bagi
manusia. Salah satu probiotik yang terdapat dalam MPASI adalah Bifidobacterium lactis yang dapat
mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi resiko infeksi saluran cerna.
Proses carbohydrate
hydrolysed enzymmatically (CHE) merupakan proses memecah karbohidrat menjadi
lebih kecil dengan menggunakan enzim khusus, sehingga bubur bayi memiliki
tekstur lebih lembut dan lebih mudah ditelan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Facebook: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Instagram: @idai_ig
Twitter: @idai-tweets
Imunisasi memang penting banget ya mba buat proteksi anak, Nayla insya Allah kumplit imunisasinya
ReplyDeleteImunisasi memang penting, anakku kurang 2 kali imunisasi lagi usia 18 bulan dan 24 bukan nanti.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletekita perlu anak sehat, agar generasi penerus bangsa kuat dan cerdas. banyak anak yang butuh perhatian terutama dalam kesehatan yaaa..
ReplyDeleteSaya illfeeel kalau ada orangtua yqng tidak mengimunisasi anaknya. Padahal itu hak anak. Dan sebagai bentuk ikhtiar untuk mencegah penyakit berbahaya dan mematikan meyerang.
ReplyDeleteSemoga program imunisasi bisa makin membumi dan tak ada lagi anak yang tertinggal dari program ini demi generasi yang lehih baik lagi.
Alhamdulillah anakku juga ikut imunisasi, kalau telat karena kendala sakit juga bisa menyusul. Semoga Indonesia sehat selalu
ReplyDeleteYes, pastikan anak-anak mendapatkan imunisasi.
ReplyDeleteAnak-anak aku Alhamdulillah, sudah imunisasi semua.