Saya yang merindukan kondisi kehidupan berkebangsaan seperti zaman saya
sekolah dasar dulu, dimana kala itu rasa nasionalisme kita masih tinggi. Nilai-nilai
pada Pancasila begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan lantangnya
isi dari Pancasila selalu diucapkan secara lantang ketika upacara bendera di
mulai yang menjadi kegiatan rutin di sekolah. Dan kini kenapa Pancasila seakan
jauh dari pedoman kehidupan sehari-hari.
Memasuki era keterbukaan, dimana reformasi seakan menguak semua jati diri
anak bangsa. Masing-masing berlomba berkata lantang, seakan kebebasan
berekspresi menjadi kekuatan baru untuk mengekspresikan diri, dan kini kebebasan
reformasi itu seolah sudah kebablasan, sehingga sedikit mengakibatkan
ketidaknyaman. Ada masalah sedikit yang tidak terselesaikan langsung demo,
gampang menyebarkan berita yang belum tentu kebenaraannya. Mudah menghasut
hanya demi kepentingan pribadi, dan maraknya kriminalitas juga membuat rasa
nyaman seakan berkurang.
Senin (5/6/2017) saya bersama kurang lebih 100 netizen mendapatkan
kesempatan untuk mengikuti diskusi santai bersama Ketua MPR yaitu Bapak Zulkifli Hasan di gedung Nusantara
IV, MPR RI. Ini merupakan kesempatan pertama saya memasuki gedung MPR dan
membuat saya berdecak kagum, disini saya bisa mendapatkan informasi dan
menambah wawasan kebangsaan saya. Masih dalam rangkaian Pekan Pancasila, turut
hadir juga Sekjen MPR yaitu Bapak Ma’ruf
Cahyono.
Bapak Zulkifli Hasan, Ketua MPR (foto:dokpri) |
Bapak Zulkifli Hasan menjelaskan kembali apa itu Pancasila, Pancasila itu cinta
kasih, gotong royong, kekeluargaan, kasih sayang serta saling menghargai dan
menghormati satu sama lainnya. Setelah 71 tahun merdeka dan sudah reformasi koq
ya masih saja kita saling adu argument, saling sikut sehingga sikap saling
menghormati dan berkasih sayang antar sesama warga negara seakan makin memudar.
foto:dokpri |
Media sosial menjadi ajang saling menyakiti, pertemanan bahkan persaudaraan
menjadi renggang hanya karena perbedaan pilihan. Masyarakat sepertinya gampang
sekali menyebarkan berita bohong atau hoax yang kebenarannya masih dipertanyakan,
gampang menelan bulat-bulat berita yang ada di sosial media, sehingga berdampak
pertikaian antar teman. Sudah saatnya kita move on apalagi masa kampanye
pilkada sudah berlalu, jangan karena politik kita saling menyakiti atau saling
menyebar kebencian.
foto:dokpri |
Bapak Zulkifli berharap kami, para blogger bisa membantu menyampaikan
berita yang benar di sosial media. Kembalikan lagi nilai-nilai Pancasila, kita
harus bisa melawan berita yang tidak benar atau hoax dan membantu memberikan
berita yang benar. Apalagi dibulan suci ramadhan ini kebenaran wajib di sebar
luaskan. Sebagai media alternatif sudah saatnya kita menyampaikan kebenaran.
Pancasila sebagai salah satu dari #4Pilar negara kita diharapkan bisa
menjadi dasar dari segala pola pikir, cara bersikap dan perilaku kita
sehari-hari.
Bapak Ma'ruf Cahyono, Sekjen MPR (foto:dokpri) |
Acara selanjutnya disampaikan oleh bapak Ma’ruf Cahyono, Sekjen MPR. Beliau
membacakan puisi yang membuat saya mengharu biru yaitu tentang masihkah kita
Indonesia, apakah Keindonesiaan kita telah pudar, dan hanya tinggal slogan dan
gambar.
Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu, itulah Indonesia.
Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu, itulah Indonesia.
#IniBaruIndonesia
#4Pilar
#PekanPancasila
pupuk sifat nasionalisme sedari muda, bahkan sejak anak anak dengan menghapal butir pancasila. kalo sekolah dulu ada P4 (he..he..he ketahuan deh umur mpo). maju terus bangsaku, jangan sampai ada yang merusak atau menggoyangkan pancasila
ReplyDeletesemangat mpo :)
Deletesemangat mpo :)
DeleteBener, Mba skrg anak mudanya cendrung mudah terbawa emosi dan hoax skrg banyak bertebaran dimana2. Saya juga rindu masa-masa saya sekolah.. dari SD hingga SMA. Nyamaaaan banget.
ReplyDeleteiya mba ternyata era kebebasan reformasi nya udah kebablasan sehingga terkadang gak bs membedakan mana yg benar dan enggak, smoga Indonesiaku kembali nyaman tentram seperti dulu lg ya
Delete