Monday, 29 May 2017

Sehat Tanpa Keluhan, Bukan Berarti Tidak Terkena Hipertensi


Sehat Tanpa Keluhan, Bukan Berarti Tidak Terkena Hipertensi


Hipertensi salah satu jenis penyakit yang sudah akrab ditelinga saya, tetangga, saudara bahkan almarhum ibu saya meninggal karena hipertensi. Selama ini saya masih belum terlalu paham tentang bahaya hipertensi mungkin karena pengetahuan yang terbatas tentang hipertensi. Hadir di acara May Measurement Mounth PT. Omron Healthcare Indonesia seolah membuka wacana saya tentang apa itu Hipertensi dan bahayanya. Selama ini yang saya ketahui mengenai penyakit Hipertensi itu penderitanya mudah marah, gak boleh banyak pikiran atau stress, gak boleh banyak konsumsi makanan asin, sehingga memicu tekanan darah meningkat.


Senin (22/05/2017) bertempat di Hotel Fairmonth yang terletak di Jakarta Selatan, turut hadir para narasumber yang berkompeten di bidangnya. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S (Ketua Umum Himpunan Hipertensi Indonesia), Dr. dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH (Wakil Ketua Umum Himpunan Hipertensi Indonesia) dan Mr. Yoshiaki Nishiyabu (Marketing Manager PT. Omron Healthcare Indonesia).

Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S (foto:dokpri)

Setiap tahun 10 juta orang di seluruh dunia meninggal karena Hipertensi, sehingga Hipertensi bisa dikatakan sebagai penyakit penyebab kematian terbesar no.1 di dunia. Fakta ini cukup mencengangkan bagi saya, segitu bahayanya ternyata penyakit Hipertensi.

Sebagai salah satu upaya mengatasi tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia PT. Omron Helathcare Indonesia dan Indonesian Society of Hypertension (InaSH) mendorong kaum muda agar lebih meningkatkan kesadaran akan bahaya penyakit hipertensi. Inisiatif ini tercermin dalam partisipasi PT. Omron dalam program mengukur tekanan darah jutaan orang di dunia selama program “May Measurementh Month 2017” bersama dengan Indonesian Society of Hypertension and International Society of Hypertension. Hal ini sekaligus merupaka upaya mewujudkan cita-cita Omron untuk menghapus penyakit stroke dan serangan jantung dari muka bumi lewat Program Zero. Targetnya sih 1 juta orang bisa terukur tekanan darahnya.


Dr. dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH (foto:dokpri)

Kenapa hipertensi bisa dikatakan sebagai penyakit penyebab kematian terbesar no.1 karena penyakit hipertensi bisa menyebabkan penyakit lainnya. Antara lain jantung, stroke, ginjal bahkan bisa menyebabkan kematian. Menurut dr. Yuda hipertensi bukannya tugas dokter untuk mensosialisasikannya tapi tugas kita bersama. Kesadaran akan hipertensi ditengah masyarakat masih rendah, bahkan banyak penderita yang tidak menyadari kalau dirinya terkena hipertensi, penderita baru menyadarinya ketika sudah ada keluhan. Dari penelitian 300 orang, 100 orangnya terkena hipertensi, dan 30% penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya terkena hipertensi. Dan hanya 36,6% penderita hipertensi yang minum obat, yang lainnya tidak terdeteksi.


Mr. Yoshiaki Nishiyabu (foto:dokpri)

Apa sih yang kita inginkan dalam hidup ini, kemungkinannya hanya dua. Mati muda karena hipertensi atau panjang umur tapi menjadi tua. Tapi menjadi tua yang seperti apa, tetap sehat atau terkena sakit. Saat ini jarang sekali kita temukan lansia yang meninggal dengan keadaan sehat, 20% lansia tanpa penyakit dan 80% lansia lebih banyak karena sakit. Saat ini usia 60 tahun akan menjadi pikun bila hipertensi tidak terkontrol.


foto:dokpri

Bagian tubuh kita yang paling penting adalah otak, dan hipertensi bisa menyerang bagian otak dari sisi manapun. Hipertensi menyebabkan aliran darah berkurang ke otak, sehingga beresiko terkena stroke, bicara menjadi lambat dan bagian otak mengecil atau mengkerut. Gangguan otak ini menyebabkan fungsi otak untuk berpikir, berkomunikasi serta dalam mengambil keputusan berkurang.

Kita sebagai generasi milenial, perlu menyadari akan bahayanya hipertensi dan cara pencegahannya, dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah sendiri secara rutin di rumah. Kita mesti waspada dengan tekanan darah. Saya semakin menyadari pentingnya memeriksakan tekanan darah, apalagi saya mempunyai keturunan penyakit hipertensi dari ibu saya. Bahkan saudara kandung ibu saya meninggal juga karena sakit hipertensi, dan ada kemungkinan itu akan menurun ke saya karena salah satu penyebab hipertensi karena adanya faktor keturunan. Saya sih berharap tidak terkena kalau bisa mendeteksi secara dini lewat berbagai pencegahan dari pola makan.


foto:dokpri


Bila kita ingin menjadi lansia yang produktif sebaiknya semenjak dari dalam kandungan sudah dijaga. Karena ibu mengandung yang merokok atau kurang gizi bisa menyebabkan bayi yang dilahirkannya akan menderita hipertensi di usia lanjut. Karena hipertensi bukan hanya berasal dari faktor genetik saja tapi juga dari pola hidup kita.

Alat cek darah digital (foto:dokpri)

Berbicara tentang alat pengukur tekanan darah, PT Omron Healthcare Indonesia selaku perusahaan yang salah satu unit usahanya memproduksi alat-alat kesehatan baru saja meluncurkan alat pengukur tekanan darah digital HEM 7280T yang memungkinkan kita untuk melakukan monitor data tekanan darah sendiri di rumah. Salah satu kecanggihan dari HEM 7280T ini ternyata kita bisa melakukan sinkronisasi alat digital ini ke ponsel kita loch dengan melakukan install aplikasi omron connect di smartphone kita. Dengan kecanggihan ini, kita dapat dengan mudah mengumpulkan data tekanan darah dan dapat membantu dokter mengevaluasi data tekanan darah tersebut saat kita melakukan pemeriksaan di rumah sakit.


Para Narasumber (foto:dokpri)

Tekanan darah harus stabil karena bila tekanan darah tidak stabil bisa menyebabkan hipertensi. Lakukan pemeriksaan secara akurat dan sesuai prosedur. Lakukan pengecekan darah selama 7 – 10 hari dirumah bila tekanan darah tidak stabil segera periksakan diri ke dokter atau pusat kesehatan terdekat.



2 comments:

  1. Betul mulai dari kandungan harus dijaga tidak merokok dan menghindari asap rokok

    ReplyDelete
  2. Betul mulai dari kandungan harus dijaga tidak merokok dan menghindari asap rokok

    ReplyDelete

Mohon jangan berkomentar SPAM, terimakasih.