Terinspirasi ….sekilas itulah kata yang pantas terucap atas apa
yang selama ini banyak salah dilakukan oleh teman-teman, ataupun diri saya
sendiri..
Ya, selama ini bila kita menjalankan ibadah puasa sunah, entah itu
puasa senin kamis atau puasa sunah lainnya pastilah kadang diselingi oleh niat
ingin diet atau ingin kurusan bila tubuh kita agak sedikit kelebihan berat
badan, ya maklum perempuan biasanya gerah kalau lihat ada lemak berlebih
sedikit ditubuhnya, walaupun sebenarnya ada niat yang pokok untuk menjalankan
ibadah puasa sunah, tapi terkadang niat duniawi kita lebih dominan, entah itu
disadari atau tidak, coba direnungkan deh …
Ada cerita dari sahabat saya, yang terkadang buat saya miris mendengarnya
bila rekan-rekan kerja menjadikan dirinya sebagai bahan ledekan. Lebih baik
diam itulah wejangan yang menjadi senjata paling ampuh yang selalu saya berikan
padanya. Sebab menanggapi pun hanya akan membuat ledekan mereka semakin
berkembang. Belum menikah di usia lebih dari kepala tiga, dimana teman
seusianya rata-rata sudah berkeluarga dan mempunyai anak, membuat Raka demikian
nama sobat saya biasa disapa sering menjadi bahan ledekan teman sekantornya.
“Bulan Haji sudah lewat, kamu belum juga merit, ka?” salah seorang
rekan kerja Raka membuka obrolan, atau lebih tepatnya ledekan, beberapa menit
sebelum jam makan siang.
“Boro-boro kawin, punya pacar saja belum,” celetuk rekan kerja
lainnya. “Sudahlah ka, jangan terlalu pilih-pilih, Hati-hati, kelamaan
membujang nanti bisa berkarat!” lanjutnya, yang disambut dengan derai tawa
rekan kerja lainnya.
Dan seperti biasa Raka hanya menanggapinya dengan senyuman. Cukup
sering Raka mendengar semacam ini, seolah-olah tak ada yang lebih menarik bagi
mereka selain menjadikan dirinya sebagai bahan becandaan, seolah di dunia ini
sudah tidak ada topik menarik lagi yang bisa dijadikan bahan obrolan.
Diam, dan atau hanya dengan tersenyum adalah jurus yang tetap akan
Raka gunakan selama ledekan dan candaan yang rekan-rekan kerjanya lontarkan
masih dalam batas kewajaran.
Tapi apa yang terdengar hari ini sungguh tak bisa lagi didiamkan
saja. Bukan marah, tapi Raka merasa perlu meluruskan apa yang baru saja
diucapkan salah seorang rekan kerjanya ketika ia menolak ajakan makan siang
bersama, dikarenakan hari itu Raka sedang berpuasa.
“Sudah saya bilang, buruan merit, biar ada yang masakin. Jadi kamu
tidak puasa melulu!” gak usah dipuasin mulu banyak tuh cewek kantor sebelah
yang masih single, celetuk salah seorang rekan kerjanya sambil tertawa. Dan meskipun
guyonannya kali ini tidak diamini rekan kerja lainnya, rekannya yang memang
paling rajin meledek Raka merasa guyonannya tak kalah lucu dari biasanya.
Bukan saja tidak lucu, tapi celetukannya kali ini memancing reaksi
Raka yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Maaf pak! Sebagai laki-laki normal, saya pun ingin menikah.
Sungguh! Tapi mau bagaimana lagi, mungkin Allah belum mengijinkan. Sampai saat
ini Allah belum mempertemukan saya dengan jodoh saya. Karena itu saya coba
meredam hasrat alami saya dengan berpuasa.” Raka menjawab dengan hati-hati. Ia
tak ingin justru rekan kerjanya yang jadi tersinggung, meskipun sebenarnya ia
yang lebih pantas tersinggung.
“Biar cepat dapat jodoh?” sahut rekan kerjanya, masih belum
menyadari kekeliruannya.
Raka menjawabnya dengan gelengan kepala.
“Atau, biar cepat kaya karena irit, untuk modal merit ya?” rekan
kerja Raka kembali bertanya. Kali ini ia sambil tertawa.
Dengan mimik wajah serius Raka menjawab pertanyaan rekannya itu.
“Bukan, bukan karena itu semua. Saya berpuasa bukan karena terpaksa sebab tidak
ada yang memasak makanan untuk saya. Meski rasanya tidak enak, insya Allah saya
masih bisa masak sendiri koq. Atau kalau saya lagi malas masak, di sekitar
kos-an saya masih banyak warung nasi. Juga saya berpuasa bukan agar cepat dapat
jodoh, apalagi cepat kaya.”
“So?”
“Saya hanya mengikuti pesan Rasulullah kepada pemuda yang ingin
menikah tapi belum mampu, agar berpuasa, karena puasa itu perisai baginya. Saya
sudah siap dan insya Allah mampu untuk berumah tangga, baik secara fisik, hati
maupun materi. Tapi sampai saat ini Allah belum menunjukan wanita mana yang
akan menjadi jodoh saya. Saya bukan pilih-pilih, tapi memilah dan memilih calon
pasangan adalah satu keharusan agar rumah tangga selamat dunia hingga akhirat.”
“Maaf, tentunya kalian tentu lebih tahu dan lebih berpengalaman
dalam hal ini kan daripada saya.” Dan Raka menambahkan. “Dan selain mengikuti
anjuran Rasul, tujuan utama saya berpuasa adalah karena mengharap ridho Allah
semata. Mengapa? Karena ketika Allah ridho dengan kita, insya Allah apapun yang
kita inginkan, kita butuhkan, akan mudah Allah kabulkan. Insya Allah.
Maaf, saya tidak bermaksud menggurui bapak, saya hanya
mengingatkan, terutama untuk diri saya sendiri bahwa apapun yang saya lakukan
semestinya karena Allah semata, bukan karena kepentingan dunia yang hanya
sesaat. Dengan ridho Allah, dunia akhirat insya Allah selamat.“
Sepi senyap. Tak ada satupun rekan kerja yang menanggapi, termasuk
yang tadi memulai obrolan ini.
“Maaf, ka. Saya tak bermaksud menyinggung perasaanmu” akhirnya
rekannya menyadari kesalahannya.
“Tidak apa-apa koq, saya tidak tersinggung. Sudah waktunya
istirahat.” Jawab Raka sambil tersenyum dan berlalu. Raka tidak ingin
berlama-lama dalam suasana yang tidak nyaman, yang terpenting adalah rekan kerjanya
bisa mengambil hikmah dan pelajaran, sehingga tidak sembarangan dalam memilih
obrolan yang jatuhnya bisa menjadi gibah.
***
Saya sependapat dengan Raka, bahwa segala sesuatu yang kita
lakukan semestinya adalah karena Allah semata. Semua tergantung niat ketika
kita akan melakukannya.
Sama-sama menjalankan ibadah puasa belum tentu sama-sama bernilai
ibadah, tergantung niatnya. Ketika berpuasa dengan terpaksa, karena tidak ada
yang memasak makanan seperti yang rekan kerja Raka katakan, ingin cepat kaya,
diet dalam rangka menurunkan berat badan atau berbagai macam alasan duniawi
lainnya, maka tak ada pahala yang ia dapatkan selain hanya rasa lapar dan haus yang
kita rasakan.
Seperti yang rekan saya katakan, ketika Allah ridho kepada kita,
maka Allah akan mencukupkan yang kita inginkan, memberikan yang kita butuhkan.
Jangan arahkan yang kita kerjakan untuk kepentingan duniawi saja, itu tidak
bernilai ibadah. Niatkanlah karena Allah, karena dengan demikian, insya Allah
dunia akhirat tercakup semuanya.
Allah Maha mengetahui apa yang hambanya inginkan, dan apa yang
hambanya butuhkan. Mari benahi niat kita sebelum melakukan sesuatu. Pastikan
karena kita hanya mengharap ridho Allah semata. Insya Allah.
***
Bener mb Ria, semua karena Allah....apapun yang terjadi pada diri kita adalah kehendak Allah. yang penting usaha dan ikhtiar ...
ReplyDeleteiya mba ika bnr bgt :)
DeleteWah mas raka semoga lekas d pertemukan dengan bidadariny
ReplyDeletemba dwi sdh ktmu blm sm pangerannya hehe..
Deletemashaa allah.. memang benar semua harus dilakuin karena allah semata, agar tidak ada kekecewaan yang diterima..
ReplyDeletesemoga mas raka segera dipertemukan yaa.. sam a saya jg sedang mencari pujaan hati, hehe
Smoga kita smua dipertemukan dgn psgn hdp yg terbaik dunia akherat ya mas,,, trimakasih sdh mampir :)
DeleteSemua karena Allah, untuk Allah, damai hidup mbak :)
ReplyDeleteSalam,
Asya